Bagi Ilmu Tambah Ilmu Seputar Pelumas dan Pelumasan
Wednesday, 18 October 2017
State of The Art Formulating
Setiap orang dapat membuat pelumas, karena bahan baku base oil dan aditif yang beredar dipasar internasional sama dengan yang beredar di Indonesia, sehingga mungkin pelumas skala internasional dan lokal menggunahkan bahan baku yang sama. Akan tetapi, membuat pelumas tentu bukan hanya sekedar mencapai kekentalan yang diinginkan, tetapi harus memperhatikan juga karakteristik bahan yang dicampurkan dan aplikasi pelumas. That's what makes one lubricants differ from others, which is how you select and what you have to add in the formula, yes theres any state of the art formulating.
So how to fomulate lubricants or grease? just work and try, experience will teach you, will give you a sense on which raw material to be used..
During my role as Technical Marketing in the additive industry, i see that many of local lubricant manufacturer decide to change their additive once they face problem at their end user? problem is kinda blessing in disguise, you know why? from problem you'll get smarter on how to fixed your formulated lubricant, so do some evaluation on field on lab and discuss with your additive supplier once you face problem in your end user, do not decide quickly to change the additive, you'll not learn much on this..
I can share a tips, but i am not the pro so i'll just encourage you to start on your own journey in formulating either lubricants and greases.
Last but not least, Everyone can play golf, but there only one Tiger Woods..haha, this wisdom words given to motivate you to be the best in everything you do, thanks Pak ABW!! one of inspirational people that across in mylife.
Tuesday, 13 December 2016
Apakah Pelumas Setipe Dari Dua Brand Yang Berbeda Dapat Dicampur?
Untuk pelumas dengan drain interval pendek, sump tank kecil sebaiknya tidak melakukan pencampuran pelumas dari dua brand yang berbeda, jika akan melakukan penggantian pelumas lakukanlah drain-flush-fill prosedur.
Ketika proses drain-flush-fill tidak visible untuk dilakukan,dikarenakan drain interval pelumas yang panjang, sump tank cukup besar apakah dapat dilakukan proses pencampuran pelumas dari dua brand yang berbeda? Jawabannya adalah bisa jadi tapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yah..
Masalah seperti in biasanya muncul untuk konsumsi pelumas skala industri, ketika berhasil melakukan akuisisi dari suatu brand pelumas adalah bagaimana proses penggantian pelumas dilakukan. Seperti pada pelumas turbine dimana proses drain-flush-fill menjadi sulit dilakukan karena rata-rata memiliki masapakai 10 tahun dengan sumptank lebih dari 1 KL, apakah harus menunggu 10 tahun baru bisa dilakukan akuisisi? atau langsung saja di drain tapi harus menanggung biaya flushing yang dilakukan?
Apakah Test Compatibility?
Compatibility adalah test untuk mengetahui kesesuaian antara dua pelumas dengan tipe yang sama dari dua brand yang berbeda jika ingin dicampur. Metode yang digunakan adalah ASTM D 7155.
Mengapa Dua Brand Pelumas Tidak Dapat Langsung di Campur?
Setiap produsen pelumas tentu memiliki piihannya sendiri terhadap base oil dan aditif untuk memformulasi pelumas mereka, yang bisa jadi berbeda dengan pelumas yang saat ini digunakan di engine atau equipment Anda. Perbedaan terhadap pilihan aditif terutamanya yang bisa menyebabkan pelumas satu dengan lainnya tidak sepenuhnya compatible jika akan dicampur, karena kemungkinan chemistry yang berbeda digunakan oleh masing-masing produsen pelumas.
Apa Yang Terjadi Kalau Kita Mencampur Dua Brand Pelumas Yang Berbeda?
1. Kompatibel
Pencampuran kedua brand pelumas dari tipe yang sama tidak memberikan efek negatif, yang bisa jadi kedua pelumas menggunakan aditif chemistry yang sama, sehingga ketika dicampur masing-masing aditif dari pelumas bekerja secara sinergis untuk memberikan performance yang optimum.
2. In-Kompatibel
Pencampuran kedua brand pelumas dari tipe yang sama memberikan efek negatif, yang bisa jadi kedua pelumas menggunakan aditif chemistry yang berbeda, sehingga ketika dicampur masing-masing aditif pelumas saling berkompetisi sehingga memberikan efek yang tidak sinergis dan menyebabkan menurunnya performance pelumas.
Jadi bukan masalah karna brand berbeda sehingga tidak dapat dicampur, tetapi karena chemistry yang berbeda lah yang menyebabkan pencampuran kedua pelumas bisa jadi tidak kompatibel.
Bagaimana Melakukan Test Compatibility?
Beberapa lab dan pabrikan pelumas di Indonesia sudah mampu melakukan test compatibility berdasarkan ASTM D 7155. Jika Anda adalah pihak Industri yang ditawarkan akuisisi ke brand lain dimana tentunya pelumas yang akan menggantikan mempunyai nilai tambah entah di performance dan atau costing yang lebih baik, maka mintalah uji ini sebagai salah satu pendukung bahwa performance kedua pelumas adalah minimal sama dan pencampuran keduanya tidak akan membahayakan mesin/equipment anda.
Berdasarkan ASTM D 7155 secara garis besar pengujian dilakukan dengan :
1. Mencampurkan beberapa komposisi pencampuran antara pelumas existing Anda (baiknya fresh oil) dengan pelumas baru yang akan menggantikan. (Komposisi pencampuran bisa 100:0; 90:10; 50:50 10:90 0:100)
2. Melakukan observasi apakah pencampuran kedua pelumas setelah selama 7 hari disimpan dalam oven dengan temperatur tertentu menyebabkan timbulnya sedimentasi. Sedimentasi adalah tanda awal adanya inkompatibilitas.
3. Melakukan analisa terhadap pelumas sebelum dan setelah dilakukan pengkondisian seperti tersebut pada point 2. Analisa yang dilakukan adalah pencampuran terhadap parameter visual, fisika&kimia dan bench test.
4. Melakukan interpretasi terhadap hasil uji
Untuk melakukan interpretasi hasil compatibility test sebaiknya Anda serahkan kepada lubricant manufacturer ataupun lab yang berkompeten, karena apabila awam terhadap pembacaan hasil lab dikhawatirkan terjadi dispute, leave it to the expert yah. Kita cukup menerima rekomendasi dan request paparan singkat atas hasil uji yang telah dilakukan.
Apa Yang Perlu Diperhatikan Ketika Akan Melakukan Shifting?
Sebelum Anda melakukan shifting dari satu brand pelumas ke brand lainnya, pastikan bahwa Anda mendapatkan pelumas yang mempunyai performance paling tidak sama dengan yang saat ini Anda gunakan. jangan sampai karena ditawarkan cost saving yang cukup besar tetapi Anda diberikan pelumas dengan kualitas lebih rendah, yang ujung-ujungnya akan merepotkan Anda dalam maintenance.
Bagaimana Memastikan Pelumas Mempunyai Kualitas Yang Baik?
Tentu menentukan pelumas yang baik tidak dapat dilakukan berdasarkan visual, tetapi harus berdasarkan unjuk kerjanya di equipment/engine. Padahal kan belum dipakai, bagaimana kita tahu kinerjanya kalau begitu?
Ini adalah saat yang tepat untuk memahami PDS (Product Data Sheet) dari pelumas. Pada PDS pasti tercantum performance level/credential claim, semakin banyak credentialnya berarti semakin banyak formulasi pelumas tersebut telah teruji pada standard atau OEM (Original Equipment Manufacturer) yang diklaimnya. Memang tidak 100% semakin banyak performance claimnya semakin baik, tapi paling tidak diatas kertas lebih baik. Jadi start awal pastikan pelumas baru yang akan menggantikan pelumas existing Anda memiliki credential claim yang paling tidak sama.
Pelumas yang baik tentu yang sesuai dengan kebutuhannya dan biasanya tertuang dalam rekomendasi manual book, tidak perlu berlebihan dalam performance claim karna costing pasti akan mahal dan jangan sampai kurang dari yang dipersyaratkan karena nanti kerja mesin/equipment tidak effective. Soo price wise and quality compromise..
Ohiya kalau brand pelumas yang akan Anda gunakan tidak tercantum dalam manual book, bukan berarti brand pelumas tersebut tidak dapat digunakan yah, tentu setelah masa warranty equipment Anda berakhir Anda bebas tuk menentukan pelumas yang mau Anda gunakan, carilah pelumas yang mempunyai credential claim ekuivalen dengan pelumas yang tercantum dalam manual book engine/equipment Anda.
Ketika proses drain-flush-fill tidak visible untuk dilakukan,dikarenakan drain interval pelumas yang panjang, sump tank cukup besar apakah dapat dilakukan proses pencampuran pelumas dari dua brand yang berbeda? Jawabannya adalah bisa jadi tapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yah..
Masalah seperti in biasanya muncul untuk konsumsi pelumas skala industri, ketika berhasil melakukan akuisisi dari suatu brand pelumas adalah bagaimana proses penggantian pelumas dilakukan. Seperti pada pelumas turbine dimana proses drain-flush-fill menjadi sulit dilakukan karena rata-rata memiliki masapakai 10 tahun dengan sumptank lebih dari 1 KL, apakah harus menunggu 10 tahun baru bisa dilakukan akuisisi? atau langsung saja di drain tapi harus menanggung biaya flushing yang dilakukan?
Apakah Test Compatibility?
Compatibility adalah test untuk mengetahui kesesuaian antara dua pelumas dengan tipe yang sama dari dua brand yang berbeda jika ingin dicampur. Metode yang digunakan adalah ASTM D 7155.
Mengapa Dua Brand Pelumas Tidak Dapat Langsung di Campur?
Setiap produsen pelumas tentu memiliki piihannya sendiri terhadap base oil dan aditif untuk memformulasi pelumas mereka, yang bisa jadi berbeda dengan pelumas yang saat ini digunakan di engine atau equipment Anda. Perbedaan terhadap pilihan aditif terutamanya yang bisa menyebabkan pelumas satu dengan lainnya tidak sepenuhnya compatible jika akan dicampur, karena kemungkinan chemistry yang berbeda digunakan oleh masing-masing produsen pelumas.
Apa Yang Terjadi Kalau Kita Mencampur Dua Brand Pelumas Yang Berbeda?
1. Kompatibel
Pencampuran kedua brand pelumas dari tipe yang sama tidak memberikan efek negatif, yang bisa jadi kedua pelumas menggunakan aditif chemistry yang sama, sehingga ketika dicampur masing-masing aditif dari pelumas bekerja secara sinergis untuk memberikan performance yang optimum.
2. In-Kompatibel
Pencampuran kedua brand pelumas dari tipe yang sama memberikan efek negatif, yang bisa jadi kedua pelumas menggunakan aditif chemistry yang berbeda, sehingga ketika dicampur masing-masing aditif pelumas saling berkompetisi sehingga memberikan efek yang tidak sinergis dan menyebabkan menurunnya performance pelumas.
Jadi bukan masalah karna brand berbeda sehingga tidak dapat dicampur, tetapi karena chemistry yang berbeda lah yang menyebabkan pencampuran kedua pelumas bisa jadi tidak kompatibel.
Bagaimana Melakukan Test Compatibility?
Beberapa lab dan pabrikan pelumas di Indonesia sudah mampu melakukan test compatibility berdasarkan ASTM D 7155. Jika Anda adalah pihak Industri yang ditawarkan akuisisi ke brand lain dimana tentunya pelumas yang akan menggantikan mempunyai nilai tambah entah di performance dan atau costing yang lebih baik, maka mintalah uji ini sebagai salah satu pendukung bahwa performance kedua pelumas adalah minimal sama dan pencampuran keduanya tidak akan membahayakan mesin/equipment anda.
Berdasarkan ASTM D 7155 secara garis besar pengujian dilakukan dengan :
1. Mencampurkan beberapa komposisi pencampuran antara pelumas existing Anda (baiknya fresh oil) dengan pelumas baru yang akan menggantikan. (Komposisi pencampuran bisa 100:0; 90:10; 50:50 10:90 0:100)
2. Melakukan observasi apakah pencampuran kedua pelumas setelah selama 7 hari disimpan dalam oven dengan temperatur tertentu menyebabkan timbulnya sedimentasi. Sedimentasi adalah tanda awal adanya inkompatibilitas.
3. Melakukan analisa terhadap pelumas sebelum dan setelah dilakukan pengkondisian seperti tersebut pada point 2. Analisa yang dilakukan adalah pencampuran terhadap parameter visual, fisika&kimia dan bench test.
4. Melakukan interpretasi terhadap hasil uji
Untuk melakukan interpretasi hasil compatibility test sebaiknya Anda serahkan kepada lubricant manufacturer ataupun lab yang berkompeten, karena apabila awam terhadap pembacaan hasil lab dikhawatirkan terjadi dispute, leave it to the expert yah. Kita cukup menerima rekomendasi dan request paparan singkat atas hasil uji yang telah dilakukan.
Apa Yang Perlu Diperhatikan Ketika Akan Melakukan Shifting?
Sebelum Anda melakukan shifting dari satu brand pelumas ke brand lainnya, pastikan bahwa Anda mendapatkan pelumas yang mempunyai performance paling tidak sama dengan yang saat ini Anda gunakan. jangan sampai karena ditawarkan cost saving yang cukup besar tetapi Anda diberikan pelumas dengan kualitas lebih rendah, yang ujung-ujungnya akan merepotkan Anda dalam maintenance.
Bagaimana Memastikan Pelumas Mempunyai Kualitas Yang Baik?
Tentu menentukan pelumas yang baik tidak dapat dilakukan berdasarkan visual, tetapi harus berdasarkan unjuk kerjanya di equipment/engine. Padahal kan belum dipakai, bagaimana kita tahu kinerjanya kalau begitu?
Ini adalah saat yang tepat untuk memahami PDS (Product Data Sheet) dari pelumas. Pada PDS pasti tercantum performance level/credential claim, semakin banyak credentialnya berarti semakin banyak formulasi pelumas tersebut telah teruji pada standard atau OEM (Original Equipment Manufacturer) yang diklaimnya. Memang tidak 100% semakin banyak performance claimnya semakin baik, tapi paling tidak diatas kertas lebih baik. Jadi start awal pastikan pelumas baru yang akan menggantikan pelumas existing Anda memiliki credential claim yang paling tidak sama.
Pelumas yang baik tentu yang sesuai dengan kebutuhannya dan biasanya tertuang dalam rekomendasi manual book, tidak perlu berlebihan dalam performance claim karna costing pasti akan mahal dan jangan sampai kurang dari yang dipersyaratkan karena nanti kerja mesin/equipment tidak effective. Soo price wise and quality compromise..
Ohiya kalau brand pelumas yang akan Anda gunakan tidak tercantum dalam manual book, bukan berarti brand pelumas tersebut tidak dapat digunakan yah, tentu setelah masa warranty equipment Anda berakhir Anda bebas tuk menentukan pelumas yang mau Anda gunakan, carilah pelumas yang mempunyai credential claim ekuivalen dengan pelumas yang tercantum dalam manual book engine/equipment Anda.
Friday, 2 December 2016
Bagus Kah Pelumas Yang Diformulasi Dari Pelumas Bekas?
Siklus Pelumas?
Pelumas setelah digunakan untuk melumasi engine atau equipment dapat berakhir menjadi limbah atau disuling ulang (re-refined) untuk mendapatkan base oilnya saja. Seiring dengan pemakaian, pelumas akan menjadi kotor, karena bekerja melumasi komponen yang bergerak terhadap wear, panas, shear, etc sampai aditif yang terkandung didalamnya kehilangan performancenya. Begitu aditif kehilangan performance nya biasanya pelumas sudah tidak dapat bekerja maksimal, karena base oil saja tidak mampu untuk memberikan perlindungan yang maksimal terhadap komponen engine/equipment.
Proses re-refined sangat memungkinkan untuk dilakukan, karena base oil itu sendiri tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan seiring dengan pemakaian. Di Indonesia terdapat dua perusahaan yang mampu melakukan proses re-refined pelumas bekas, yaitu PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia (Brand Evalube) dan PT. Bahana Nusa Lubrindo (Brand Agip).
Saya rasa perusahaan yang dapat melakukan ini seharusnya di subsidi oleh pemerintah, karena turut membantu proses penanganan limbah pelumas bekas yang lebih ramah lingkungan, menurunkan emisi, energy conserving, dan menurunkan ketergantungan terhadap non-renewable material. Syukur-syukur bisa dijadikan persero/ bagian dari perusahaan negara, agar dapat ditingkatkan lagi sarfas yang ada sehingga menghasilkan base oil yang memiliki spesifikasi minimal sama atau lebih dari virgin base oilnya.
Gambar 1. Siklus Pelumas |
Apakah Re-Refined Base Oil?
Re-refined adalah suatu proses untuk mengekstrak base oil dari used oil untuk menghasilkan fresh base oil yang memiliki karakteristik performance yang sama dengan virgin base oil hasil pengilangan.
Apa Bedanya Refined Base Oil vs Re-Refined Base Oil?
1. Sumber Crude
Untuk menghasilkan virgin base oil diperlukan crude yang berasal dari minyak bumi, sedangkan re-refined base oil tentu saja crude nya berasal dari pelumas bekas.
Gambar 2. Sumber Crude |
2. Volume Base Oil Yang Dihasilkan
Base oil dalam formulasi pelumas memegang komposisi terbesar, yaitu antara 70 - 99 %wt, sehingga jika akan dilakukan proses Re-Refined maka untuk menghasilkan 1Liter base oil, hanya membutuhkan minimal 1,4L used oil yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan proses Refinery dari crude, dimana membutuhkan sekitar 84 galon crude. Yield yang sangat besar bukan? Bisa terbayang energy yang di saving? Limbah yang terproses dengan baik?
Gambar 3. Perbandingan Crude Yang Diperlukan Untuk Menghasilkan Base Oil Refined dan Re-Refined |
Apakah Kualitas Base Oil Yang Dihasilkan Sama?
Re-Refined base oil juga harus memenuhi spesifikasi yang sama dengan refined base oil, dengan mengacu standard yang sama maka base oil yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang sama. Jika proses re-refined memenuhi standard dan dapat dipastikan produk yang dihasilkan bebas dari impurities maka tidak ada keraguan dalam hal kualitas jika akan dibandingkan dengan virgin base oil hasil refinery.
Jika dilihat trend pelumas saat ini dimana sudah terjadi proses transisi dari Base Oil Group I ke Base Oil Group II dan berkembangnya pelumas-pelumas encer yang banyak menggunakan Group III bahkan PAO atau ester, maka hal ini berdampak positif bagi Industri Re-Refined karena mendapatkan sumber used oil yang semakin baik.
Apakah Ada Pengakuan OEM Jika Pelumas Diformulasi Dari Re-Refined Base Oil?
Re-Refined base oil jika digunakan dalam formulasi engine oil juga dapat disertifikasi untuk memenuhi API Performance Claim. Bahkan OEM sekelas Ford, Chrysler, GM, maupun Daimler memperbolehkan penggunaan base oil Re-refined selama memeuhi spesifikasi yang mereka persyaratkan.
And so now whether you have the confidence to use lubricants that formulated from re-refined base oil? if the OEM admitted it why we have doubt in it?
Tuesday, 19 July 2016
Lebih Dalam Mengenai SAE J 300
Tingkat kekentalan pelumas engine oil baik monograde dan multigrade diatur dalam SAE (Society of Automotive Engineer) J 300, yaitu :
Parameter viskositas yang harus diuji mengacu SAE J 300 mencakup uji viskositas pada temperatur rendah (CCS dan MRV) dan tinggi (Kinematic Viscosity dan HTHS). Berikut adalah gambaran mengenai detail uji parameter tersebut :
1. Low Temp Cranking (CCS/Cold Cranking Simulator Viscosity)
Secara garis besar tujuan dari pengujian CCS adalah pelumas diharapkan masih dapat bersirkulasi/tidak membeku pada temperatur rendah
2. Low Temp Pumping (MRV/Mini Rotary Viscometer)
Secara garis besar tujuan dari pengujian MRV adalah pelumas diharapkan masih dapat dipompa pada saat start-up dengan kondisi temperatur yang rendah.
3. Kinematic Viscosity
Perbedaan antara viskositas 40 & 100ºC digunakan untuk menghitung indeks viskositas dari pelumas, yaitu indeks yang menyatakan tingkat kestabilan viskositas terhadap perubahan temperatur.
4. High Temp High Shear (HTHS Viscometer)
1. Low Temp Cranking (CCS/Cold Cranking Simulator Viscosity)
Parameter uji ini wajib diuji untuk pelumas multigrade dan metode yang digunakan adalah ASTM D 5293. Misal akan membuat pelumas dengan SAE 10W30, maka nilai uji CCS Viscosity pada -25 ºC max. 7000cP.
Secara garis besar tujuan dari pengujian CCS adalah pelumas diharapkan masih dapat bersirkulasi/tidak membeku pada temperatur rendah
2. Low Temp Pumping (MRV/Mini Rotary Viscometer)
Parameter uji ini wajib diuji untuk pelumas
multigrade dan metode yang digunakan adalah ASTM D 4684. Misal akan
membuat pelumas dengan SAE 10W30, maka nilai uji MRV Viscosity pada -30 ºC max. 60.000cP.
Secara garis besar tujuan dari pengujian MRV adalah pelumas diharapkan masih dapat dipompa pada saat start-up dengan kondisi temperatur yang rendah.
Parameter uji ini wajib diuji baik pelumas
multigrade dan monograde dengan metode yang digunakan adalah ASTM D 445 dan ekuivalennya. Misal akan
membuat pelumas dengan SAE 10W30, maka nilai uji Kinematic Viscosity pada 100ºC harus berada dalam range 9,3 - <12,5 cSt.
Viskositas untuk pelumas automotif diikat pada temperatur 100ºC, menyesuaikan dengan temperatur operasi rata-rata engine, meskipun pada kenyataanya temperatur operasi engine bisa lebih dari 100ºC.
Sementara viskositas pelumas industrial diikat pada temperatur 40ºC, menyesuaikan dengan temperatur operasi rata-rata equipment, meskipun pada kenyataanya temperatur operasi equipment bisa lebih dari 40ºC.
Perbedaan antara viskositas 40 & 100ºC digunakan untuk menghitung indeks viskositas dari pelumas, yaitu indeks yang menyatakan tingkat kestabilan viskositas terhadap perubahan temperatur.
4. High Temp High Shear (HTHS Viscometer)
Parameter uji ini wajib diuji baik pelumas
multigrade dan monograde dengan metode yang digunakan adalah ASTM D 4683 dan ekuivalennya. Misal akan
membuat pelumas dengan SAE 10W30, maka nilai uji HTHS Viscosity adalah min. 2,9 cSt.
Secara
garis besar tujuan dari pengujian HTHS adalah pelumas diharapkan masih
dapat memberikan pelumasan/lapisan film pada saat kondisi temperatur tinggi.
Terkait tingkat kekentalan/viskositas, untuk persyaratan pelumas multigrade di Indonesia mengacu SNI dan NPT maka diperlukan uji tambahan lain, yaitu Shear Stability Injector Test (SSI).
Then you are ready to formulate basic engine oil...
Selamat membuat pelumas, keep stay in grade..
Wednesday, 29 June 2016
Apa Bedanya Pelumas Dalam Negeri dan Pelumas Luar Negeri?
Pelumas luar negeri identik dengan brand-brand International yang fully diimport dari luar Indonesia dalam bentuk finished good ataupun half import, dimana yang diimport hanya bahan bakunya saja sedangkan proses produksi tetap dilakukan di Indonesia karena memiliki fasilitas blending plant. Sedangkan pelumas dalam negeri adalah pelumas brand lokal yang diformulasi dan diblend di Indonesia.
Kenapa harus beli pelumas import kalau produksi dalam negeri juga sama atau bahkan lebih baik dari pelumas import?
Mengapa seperti itu?
1. Bahan baku yang digunakan untuk membuat pelumas adalah base oil dan aditif. Semua produsen pelumas dapat mengakses bahan baku yang sama
2. Pelumas memiliki aturan dalam formulasi, baik International maupun Local (Indonesia)
3. Maka tidak ada perbedaan yang signifikan jauh antara pelumas produksi lokal dan international, kecuali mungkin pada brand name, harga, dan state of the art formulating. (Saya bahas kemudian, karena formulating pelumas tidak hanya sekedar mencapai target viskositas dan mencampur bahan)
Pelumas lokal yang seperti apa?
Pelumas lokal yang menjaga kualitas dan memenuhi standard adalah pelumas-pelumas yang patut disejajarkan dengan pelumas merk global. Menjaga kualitas berarti selektif terhadap bahan baku yang digunakan dan melakukan kontrol terhadap finished good yang dihasilkan lalu memenuhi standard berarti mengikuti aturan yang berlaku baik International maupun Local dalam membuat pelumas.
Indonesia juga bisa membuat pelumas
Saat ini pasar pelumas sudah tidak dimonopoli oleh perusahaan negara, sehingga terbuka kesempatan baik bagi pemain global maupun lokal untuk memasarkan pelumasnya di Indonesia. Adanya brand-brand luar tentu juga baik untuk meningkatkan daya saing, dimana pemain-pemain lokal dituntut untuk menghasilkan performance pelumas yang sama atau bahkan lebih baik dari brand-brand global, sehingga pelumas-pelumas lokal dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Tentu saja untuk memajukan industri pelumas di Indonesia, diperlukan dukungan semua pihak terutama mereka para end user. End user harus memberikan kesempatan bagi pelumas lokal untuk digunakan pada engine ataupun equipment mereka. Apabila penggunaan pelumas lokal masih dirasa kurang perform, sebaiknya didiskusikan dahulu dengan produsen pelumas, sehingga produsen pelumas dapat melakukan reformulasi untuk mencapai performance yang diinginkan oleh end user.
Kesempatan akan memberikan pengalaman pada produsen pelumas untuk mengetahui what they should do and dont on formulating, apabila hal seperti ini terus dilakukan maka di era kemajuan teknologi dan terbukanya informasi bukan tidak mungkin Indonesia bisa membuat pelumas yang "world known" for its quality.
Jadi Jangan Lupa Gunakan Produk-Produk Anak Bangsa
Sunday, 12 June 2016
Produsen Base Oil dan Additive
A. Produsen Base Oil di Indonesia
Di Indonesia, PT. Pertamina Lubricants adalah satu-satunya produsen pelumas yang memiliki refinery penghasil virgin base oil. Tipe base oil yang di hasilkan dari refinery Ex. PT. Pertamina adalah sebagai berikut :
1. Refinery Unit IV Cilacap
RU IV Cilacap menghasilkan base oil mineral dengan tipe sbb :
Group I Parafinik Base Oil :
- HVI (High Viscosity Index) 60/ SN 130
- HVI 95/ SN 260
- HVI 160S/ SN 500
- HVI 650/ Bright Stock
Group I Aromatik Base Oil :
- Minarex (A, B, H, dan I). Tipe Minarex yang banyak digunakan sebagai base oil adalah Minarex H.
2. Refinery Unit II Dumai
RU II Dumai menghasilkan base oil mineral Group III dengan tipe sbb :
- Dubase 4 (Dumai base oil)
- Dubase 6
Sementara untuk re-refine base oil, dimiliki oleh PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia dan PT. AGIP Lubrindo. Re-refine base oil adalah teknologi mengolah pelumas bekas menjadi base oil yang dapat digunakan sebagai bahan baku pelumas. Melalui proses destilasi dan fraksionasi, impurities dan kandungan aditif dari pelumas bekas dipisahkan sehingga diperoleh hanya base oil nya saja.
B. Produsen Base Oil di Dunia
Beberapa perusahaan pelumas dunia juga memiliki refinery sebagai sumber bahan baku base oil mereka, diantaranya adalah Exxon Mobil, Chevron, SK, Petronas, Nynas, dll. Selain digunakan untuk keperluan produksi pelumas, base oil yang dihasilkan juga diperjualbelikan di pasar internasional, sehingga semua produsen pelumas di dunia yang tidak memiliki refinery dapat mengakses base oil yang mereka produksi.
Karena base oil adalah komponen terbesar dalam formulasi pelumas, seleksi terhadap base oil yang akan digunakan sangatlah penting, karena kualitas base oil yang digunakan akan menentukan kualitas pelumas yang akan dihasilkan. Walaupun kualitas pelumas dapat ditingkatkan dengan penambahan aditif, akan tetapi kualitas base oil yang tidak baik tidak dapat 100% diatasi oleh penambahan aditif.
Gambar 1. Produsen Base Oil di Asia |
C. Produsen Aditif
Produsen paket aditif terbesar di dunia ada 4 (empat), yaitu :
1. Afton Chemical Pte Ltd
Range aditif dan produk data sheet dapat dilihat pada link berikut http://www.aftonchemical.com/Insight/KnowledgeCtr/Pages/ProductDataSheets.aspx
Distributor aditif Afton di Indonesia adalah PT. Redexindo
2. Chevron Oronite
Range aditif Chevron Oronite dapat dilihat pada link berikut https://www.oronite.com/products/default.asp
Distributor aditif Chevron Oronite di Indonesia adalah PT. Titian Abadi Lestari
3. Infineum
Range aditif Infineum dapat dilihat pada link berikut http://www.infineum.com/en/products/
Distributor aditif Infineum di Indonesia adalah PT. Sadikun Niagamas Raya
4. Lubrizol
Range aditif Lubrizol dapat dilihat pada link berikut https://www.lubrizol.com/Our-Company/Business-Segments/Lubrizol-Additives.html
Lubrizol mempunyai kantor perwakilannya di Indonesia, yaitu Lubrizol Indonesia, sehingga pembelian dapat dilakukan direct ke PT. Lubrizol Inddonesia
Produsen aditif tersebut diatas selain memproduksi aditif paket juga memiliki aditif komponen, sementara produsen aditif seperti BASF dan Evonik RohMax lebih berkonsentrasi kepada produksi aditif komponen. Selain perusahaan tersebut diatas, masih ada beberapa produsen aditif paket seperti Tian He, Howell, Rhein Chemie, Vanderbilt, dsb.
D. Tips Memilih Produsen Base Oil dan Aditif
Untuk perusahaan dengan volume pembelian base oil yang belum terlalui besar, pembelian biasanya tidak direct ke produsen base oil, tetapi melalui pihak ketiga/ trader. Sebagai produsen pelumas yang tetap harus menjaga konsistensi mutu pelumas, maka pastikan base oil yang dibeli melalui pihak ketiga dilengkapi dengan Origin Refinery Source dan COA.
Untuk pemilihan aditif pastikan aditif yang digunakan dilengkapi dengan technical back up bahwa aditif telah diuji pada credential performance yang diklaim dan tentu menjadi nilai tambah apabila memiliki data engine test/field test bahwa aditif telah teruji pemakaiaanya di lapangan.
Friday, 27 May 2016
Gambaran Umum Tentang Base Oil
Apakah Base Oil?
Base Oil adalah fraksi yang dihasilkan dari proses sintesa kimia (base oil sintetik) atau penyulingan minyak mentah/crude (base oil mineral) yang komposisinya sangat tergantung kepada sumber crude dan proses pengilangannya. Major component base oil adalah senyawa organik rantai hidrokarbon, dimana rantai hidrokarbon ini dapat berbeda dalam hal :
A. BASE OIL MINERAL
Base oil mineral terdiri atas base oil parafinik, naftenik, dan aromatik yang dihasilkan dari proses pengilangan crude oil seperti pada Gambar 1. Crude oil sendiri terdiri atas banyak fraksi yang memiliki perbedaan titik didih, dimana fraksi ter-rendah adalah fuel dan fraksi terberat adalah asphalt.
Proses pengilangan untuk menghasilkan base oil pada Gambar 1 secara garis besar adalah sebagai berikut :
Proses tersebut diatas akan menghasilkan base oil mineral baik Group I, Group II maupun Group III, tergantung kepada tahapan yang dilalui.
B. BASE OIL SINTETIK
1. Base Oil Group IV
Base Oil yang termasuk ke dalam Group IV adalah PAO (Poly Alpha Olefin). PAO dihasilkan dari proses sintesa kimia, oleh karena itu PAO terjaga kemurnianya dari impurities seperti sulfur, phosphor dan wax. PAO merupakan hasil oligomerisasi senyawa 1-decene, dimana 1-decene adalah senyawa hasil oligomerisasi etilen, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa penyusun PAO adalah identik dan dapat di design sesuai dengan keinginan manufacturer.
2. Base Oil Group V
Base Oil yang termasuk ke dalam Group V adalah semua base oil yang tidak termasuk ke dalam Group I, II, II, dan IV. Diantaranya adalah :
Base Oil adalah fraksi yang dihasilkan dari proses sintesa kimia (base oil sintetik) atau penyulingan minyak mentah/crude (base oil mineral) yang komposisinya sangat tergantung kepada sumber crude dan proses pengilangannya. Major component base oil adalah senyawa organik rantai hidrokarbon, dimana rantai hidrokarbon ini dapat berbeda dalam hal :
- Ukuran molekulnya dapat berukuran medium sampai besar
- Rantai hidrokarbon dapat berbentuk cabang, linear, struktur aromatik atau alifatik
- Beberapa molekul dapat mengandung impurities Nitrogen, Oxygen, dan atau Sulfur
A. BASE OIL MINERAL
Base oil mineral terdiri atas base oil parafinik, naftenik, dan aromatik yang dihasilkan dari proses pengilangan crude oil seperti pada Gambar 1. Crude oil sendiri terdiri atas banyak fraksi yang memiliki perbedaan titik didih, dimana fraksi ter-rendah adalah fuel dan fraksi terberat adalah asphalt.
Gambar 1. Proses Pengilangan Crude Oil |
Proses pengilangan untuk menghasilkan base oil pada Gambar 1 secara garis besar adalah sebagai berikut :
1.
Destilasi Atmosferik
Tahapan pertama yang dilalui adalah destilasi atmosferik, dimana pada tahap ini akan dihasilkan fraksi ringan seperti gas, naptha, bensin, kerosin, solar, dan residu.
2.
Destilasi Vakum
Residu Ex. Destilasi Atmosferik mengandung
lube base oil, wax, dan asphalt. Ketiga material ini dipisahkan melalui proses
destilasi pada temperatur tinggi dan kondisi vakum. Pada proses destilasi vakum
utamanya menghasilkan base oil dengan berbagai macam rentang viskositas
Setelah diperoleh Lube Base Oil, kemudian
dilakukan proses sebagai berikut :
a.
Stabilisasi
Untuk menghilangkan material-material yang dapat menyebabkan pembentukan
sludge dan varnish. Metode ini meliputi :
-
Solvent extraction
-
Hydrofinishing
Meningkatkan stabilitas base oil terhadap oksidasi dan tampilan warna
-
Severe hydro-treating
Menghilangkan nitrogen dan sulfur untuk disubtitusi dengan hidrogen
-
Hydrocracking
b.
De-waxing
Untuk menghilangkan wax agar base oil memiliki fluiditas yang baik pada
temperatur rendah. Metode ini meliputi :
-
Solvent dewaxing
Menghilangkan wax melalui proses filtrasi dan pendinginan dengan
menggunakan pelarut.
-
Catalytic dewaxing
Menghilangkan wax dengan menggunakan katalis
-
Iso dewaxing
Merubah wax menjadi base oil berkualitas melalui penyusunan ulang molekul
wax dengan menggunakan katalis
Proses tersebut diatas akan menghasilkan base oil mineral baik Group I, Group II maupun Group III, tergantung kepada tahapan yang dilalui.
Contoh Proses Pengilangan Untuk Menghasilkan Base Oil Mineral Group I, II dan III |
B. BASE OIL SINTETIK
1. Base Oil Group IV
Base Oil yang termasuk ke dalam Group IV adalah PAO (Poly Alpha Olefin). PAO dihasilkan dari proses sintesa kimia, oleh karena itu PAO terjaga kemurnianya dari impurities seperti sulfur, phosphor dan wax. PAO merupakan hasil oligomerisasi senyawa 1-decene, dimana 1-decene adalah senyawa hasil oligomerisasi etilen, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa penyusun PAO adalah identik dan dapat di design sesuai dengan keinginan manufacturer.
2. Base Oil Group V
Base Oil yang termasuk ke dalam Group V adalah semua base oil yang tidak termasuk ke dalam Group I, II, II, dan IV. Diantaranya adalah :
- Ester. Ester sendiri dihasilkan dari proses reaksi asam organik dan alkohol. Tipe ester yang banyak digunakan sebagai base oil diantaranya adalah ester, diester, polyol ester.
- PolyAlkyleneGlycol (PAG)
- Silicone
Subscribe to:
Posts (Atom)